Jumat, 11 Juni 2021

Kolom Euro 2020: Kenapa Kroasia Hebat di Sepak Bola

0

Suka nonton siaran bola di tv Indonesia? Barangkali kerap mendengar kalimat komentator semacam ini," Pemain itu sangat terburu- buru sehingga tendangannya meleset."

Lain waktu terdapat yang mengatakan semacam ini." Tampaknya sang pemain kurang yakin diri sehingga tendangannya gampang diduga kiper."

Kalimat- kalimat semacam itu susah diukur. Pemirsa tidak sempat ketahui apa betul sang pemain lagi kemrungsung sehingga bola meleset. Pula apa benar sang pemain kurang yakin diri ataupun jangan- jangan malah overkonfiden sehingga tendangannya kandas berbuah berhasil.

Bicara di hadapan banyak orang memanglah sulit. Jika dalam menulis diajari buat show dont tell, komentator bola di tv pula memiliki ketentuan spesial tercantum perkenankan aksi di lapangan bicara sendiri. Namun tidak selamanya golden rules itu gampang diterapkan.

Terdapat satu lagi tipe pendapat sangat kerap diucapkan, nampak keren namun pula nampak absurd. Ialah:" Regu itu kalah secara mental" ataupun" mental regu itu kurang baik sehingga kalah."

Absurd sebab pemirsa tidak sempat dipaparkan mental tipe apa yang buat seseorang pemain ataupun suatu regu terpuruk. Mental jadi suatu tidak nampak namun seakan- akan dapat dilihat.

Psikolog yang bersentuhan dengan berolahraga telah semenjak lama mempelajari makna mental tangguh di lapangan pertandingan. Mereka siuman, tidak hanya raga, metode, serta taktik, ketangguhan mental memiliki kedudukan besar dalam kesuksesan berolahraga.

Misalnya Thelwell, Weston serta Greenless( 2005) mengenali 10 aspek kunci ketangguhan mental dalam sepak bola. Antara lain mempunyai kepercayaan sejauh waktu bakal sukses, memburu bola terus menerus, bereaksi secara positif terhadap bermacam suasana, sanggup bertahan dari seluruh berbagai tekanan, dapat keluar dari seluruh kesusahan. Berikutnya sanggup menjauhi pengalihan atensi serta terus fokus, mengendalikan emosi sepanjang game, memiliki penampilan yang pengaruhi lawan, dapat mengatur seluruh suatu di luar game, serta terakhir dapat menikmati tekanan.

Dalam pertumbuhan sains berolahraga, frase- frase tadi diterjemahkan ke bermacam aksi konkrit di lapangan supaya dapat diukur. Misalnya: keahlian mengejar tiap bola, pengambilan keputusan efisien, bersaing dalam tiap duel, memblokir operan serta tembakan lawan, berlari ke ruang terbuka buat membuka pertahanan lawan, serta melipatgandakan etos kerja dalam menutupi ruang kosong.

Pada poin ini hendak dikenal seberapa kandungan seseorang pemain ataupun suatu regu memiliki mental tangguh ataupun kebalikannya lemah secara mental.

Bicara soal mental tangguh orang tidak hendak dapat meminggirkan Kroasia selaku contoh. Tidak hanya di sepak bola, namun dalam berolahraga secara totalitas.

Pada 2018, media Jerman Bild menyebut Kroasia selaku the best sporting nation in the world.

Sejauh sejarahnya, negeri dengan populasi 4, 1 juta jiwa itu sanggup menciptakan atlet- atlet kelas dunia. Sebut saja Zvonimir Boban, Robert Prosinecki, Davor Suker, Cedera Modric di sepak bola. Di cabang tenis, mereka melahirkan Goran Ivanisevic, Marin Cilic ataupun Iva Majoli. Di dunia basket mereka memiliki Toni Kukoc, Drazen Petrovic, Dino Radja, ataupun Peja Stojakovic. Di cabang pingpong mereka sempat memiliki Zoran Primorac. Serta masih berderet lagi atlet kelas dunia dari pecahan Yugoslavia itu.

Di sepak bola, satu kenyataan menarik misalnya, senantiasa terdapat pemain Kroasia yang memenangkan Liga Champions 9 tahun berturut- turut. Terakhir Mateo Kovacic bersama Chelsea. Prestasi sangat monumental pasti jadi finalis Piala Dunia 2018.

Bermacam riset coba menguak kenapa Kroasia dapat begitu hebat di dunia berolahraga. Karena, statistik penunjang malah bertolak balik. Misalnya, jumlah anggaran Kroasia buat berolahraga terdapat di posisi sangat buncit dari 28 negeri Uni Eropa. Cuma 0, 2 persen APBN dialokasikan buat berolahraga.

Bila jumlah anggaran dipecah populasi, ketemu alokasi per habitat, letaknya pula senantiasa di dasar peringkat.

Kemudian apa yang buat Kroasia hebat? Banyak aspek. Dapat genetik, mutu kepelatihan, passion, budaya, patriotisme, serta struktur pembibitan yang tertata. Tetapi satu perihal tidak dapat dibiarkan jelas kekuatan mental.

Konflik berdarah imbas runtuhnya Yugoslavia pada 1990- an membentuk kepribadian tangguh orang Kroasia. Sebagian pemain bangkit dari trauma mendalam. Cedera Modric tadinya penggembala kambing yang mengungsi gara- gara perang. Dejan Lovren, wajib mengungsi pada umur 3 tahun sebab perang serta masih banyak kisah- kisah heroik yang lain.

Nah, ketangguhan mental pemain- pemain Kroasia hendak kembali diuji lawan Inggris pada Euro 2020 malam nanti. Banyak media Inggris menyebut Kroasia ancaman terbanyak untuk pasukan Gareth Southgate di Tim D. Pada 2018 kemudian, Kroasia menyisihkan Inggris di semifinal Piala Dunia.

Tetapi demikian, performa terbaru Inggris di bermacam laga membuat pelatih Gareth Southgate tidak layak takut. Terlebih Sang 3 Singa memiliki rekor tanpa sempat kalah sejauh turnamen besar di Wembley.

Gareth Southgate pasti senantiasa dapat fokus. Terhadap seluruh kekhawatiran pendukungnya, ia bisa jadi cuma butuh menanggapi santai: Dont mother think, iam not father-- Aja( sangat) mbok pikir, saya ra papa--.

Author Image

About Idolacash
Soratemplates is a blogger resources site is a provider of high quality blogger template with premium looking layout and robust design

Tidak ada komentar:

Posting Komentar